Ada satu
orang peserta yang menjadi pusat perhatian di lomba tersebut, yaitu
Bob Willen. Bob seorang veteran perang Vietnam. Ia kehilangan kedua kakinya karena terkena ranjau saat perang. Untuk berlari, Bob menggunakan kedua tangannya untuk melemparkan badannya ke depan.
Bob Willen. Bob seorang veteran perang Vietnam. Ia kehilangan kedua kakinya karena terkena ranjau saat perang. Untuk berlari, Bob menggunakan kedua tangannya untuk melemparkan badannya ke depan.
Lomba pun
dimulai. Ribuan orang mulai berlari secepat mungkin ke garis finish. Wajah
mereka menunjukkan semangat yang kuat. Para penonton terus bertepuk tangan
mendukung para pelari. 5 km telah berlalu. Beberapa peserta mulai kelelahan,
mulai berjalan kaki. 10 km berlalu. Saat ini mulai nampak siapa yang
mempersiapkan diri dengan baik, dan siapa yang hanya sekedar ikut untuk
iseng-iseng. Beberapa yang kelelahan memutuskan untuk berhenti dan naik ke bis
panitia.
Sementara
hampir seluruh peserta telah berada di kilometer ke-5 hingga ke-10, Bob Willen
masih berada di urutan paling belakang, baru saja menyelesaikan kilometernya
yang pertama. Bob berhenti sejenak, membuka kedua sarung tangannya yang sudah
koyak, menggantinya dengan yang baru, dan kemudian kembali berlari dengan
melempar-lemparkan tubuhnya ke depan dengan kedua tangannya.
Ayah Bob
yang berada bersama ribuan penonton lainnya tak henti-hentinya berseru, “Ayo
Bob! Ayo Bob! Berlarilah terus.” Karena keterbatasan fisiknya, Bob hanya mampu
berlari sejauh 10 km dalam satu hari. Di malam hari, Bob tidur di dalam
sleeping bag yang telah disiapkan oleh panitia yang mengikutinya.
Empat hari
telah berlalu, dan kini adalah hari kelima bagi Bob Willen. Tinggal dua
kilometer lagi yang harus ditempuh. Hingga suatu saat, hanya tinggal 100 meter
lagi dari garis finish, Bob jatuh terguling. Kekuatannya mulai habis. Bob
perlahan-lahan bangkit dan membuka kedua sarung tangannya. Nampak di sana
tangan Bob sudah berdarah-darah. Dokter yang mendampinginya sejenak
memeriksanya, dan mengatakan bahwa kondisi Bob sudah parah, bukan karena luka
di tangannya saja, namun lebih ke arah kondisi jantung dan pernafasannya.
Sejenak Bob
memejamkan mata. Dan di tengah-tengah gemuruh suara penonton yang mendukungnya,
samar-samar Bob dapat mendengar suara ayahnya yang berteriak, “Ayo Bob,
bangkit! Selesaikan apa yang telah kamu mulai. Buka matamu, dan tegakkan
badanmu! Lihatlah ke depan, garis finish telah di depan mata. Cepat bangun!
Jangan menyerah! Cepat bangkit!!!”
Perlahan Bob
mulai membuka matanya kembali. Garis finish sudah dekat. Semangat membara lagi
di dalam dirinya, dan tanpa sarung tangan, Bob melompat-lompat ke depan. Dan
satu lompatan terakhir dari Bob membuat tubuhnya melampaui garis finish. Saat
itu meledaklah gemuruh dari para penonton yang berada di tempat itu. Bob bukan
saja telah menyelesaikan perlombaan itu, Bob bahkan tercatat di Guiness Book of
Record sebagai satu-satunya orang cacat yang berhasil menyelesaikan lari
marathon.
Di hadapan
puluhan wartawan yang menemuinya, Bob berkata, “Saya bukan orang hebat. Anda
tahu, saya tidak punya kaki lagi. Saya hanya menyelesaikan apa yang telah saya
mulai. Saya hanya mencapai apa yang telah saya inginkan. Kebahagiaan yang saya
dapatkan adalah dari proses untuk mendapatkannya. Selama lomba, fisik saya
menurun drastis. Tangan saya sudah hancur berdarah-darah, tapi rasa sakit di
batin saya terjadi bukan karena luka itu melainkan ketika saya memalingkan
wajah saya ke garis finish. Jadi, saya kembali fokus menatap goal saya. Saya
rasa, tidak ada orang yang gagal dalam berlari marathon ini. Tidak masalah Anda
mencapainya berapa lama, asal Anda terus berlari. Anda disebut gagal bila Anda
berhenti.
Jadi, janganlah berhenti sebelum mencapai tujuan Anda.” Terkadang tanpa kita sadari,saat kita seperti tidak mampu lagi dan tidak dapat menyelesaikannya... kita sudah hampir sampai di titik finish tujuan kita
so, tetap semangat dan jangan berhenti...