Mungkin sebahagin kita masih beruntung,
masih memiliki orang tua yang lengkap (Bapak dan Ibu ).
Tetapi ada diantara kita, mungkin teman, sahabat, atau
saudara kita yang lain yang tidak lagi memiliki
orang tua yang lengkap karena di tinggal untuk
selamanya. Apakah itu ibu, bapak atau kedua-duanya.
Sosok orang tua sangatlah berarti dalam hidup dan kehidupan kita
Namun, terlalu banyak orang yang menyia-nyiakan
kedua orang tuanya ketika mereka masih tampak nyata
di pelupuk mata kita.
Kematian adalah bagian dari kehidupan
yang tak dapat kita hindari dan datang tanpa kita ketahui.
Nah, jika demikian ketika mereka telah tiada apakah kita cukup
mampu menyia-nyikannya lagi ?
Apakah kita cukup kuat untuk melawan dan membentaknya
dengan teriakan yang keras yang menyakiti hati dan perasaan mereka ?
Banyak orang Ketika orang tuanya masih hidup mungkin tidak menyadarinya
namun ketika mereka sudah tidak lagi bernywa baru
menyadari dan menyesalinya.
masih memiliki orang tua yang lengkap (Bapak dan Ibu ).
Tetapi ada diantara kita, mungkin teman, sahabat, atau
saudara kita yang lain yang tidak lagi memiliki
orang tua yang lengkap karena di tinggal untuk
selamanya. Apakah itu ibu, bapak atau kedua-duanya.
Sosok orang tua sangatlah berarti dalam hidup dan kehidupan kita
Namun, terlalu banyak orang yang menyia-nyiakan
kedua orang tuanya ketika mereka masih tampak nyata
di pelupuk mata kita.
Kematian adalah bagian dari kehidupan
yang tak dapat kita hindari dan datang tanpa kita ketahui.
Nah, jika demikian ketika mereka telah tiada apakah kita cukup
mampu menyia-nyikannya lagi ?
Apakah kita cukup kuat untuk melawan dan membentaknya
dengan teriakan yang keras yang menyakiti hati dan perasaan mereka ?
Banyak orang Ketika orang tuanya masih hidup mungkin tidak menyadarinya
namun ketika mereka sudah tidak lagi bernywa baru
menyadari dan menyesalinya.
Surat untuk Anakku
Wahai anakku, ketika kau membaca surat ini, mungkin aku telah tua renta..
Mungkin juga aku sudah tiada dan tidak lagi benyawa...
Aku tidak bisa berkata dan berbuat apa apa..
Di saat daku tua, dan bukan lagi diriku sendiri..
Maklumilah diriku, bersabarlah menghadapiku..
Di saat aku menumpahkan kuah sayuran di bajuku..
Di saat aku tidak lagi mengingat cara mengikat tali sepatu..
ingatlah saat saat di mana aku mengajarimu, membimbingmu tuk melakukannya..
Di saat saya dengan pikunnya mengulang terus menerus ucapan yang membosankanmu..
bersabarlah menghadapiku nak, janganlah memotong ucapanku..
Di masa kecilmu aku harus mengulang cerita hingga ratusan kali sampai engkau terbuai dalam mimpi..
Di saat saya butuh kamu tuk memandikanku, Janganlah menyalahkan aku..
ingatlah di masa kecilmu di mana aku dengan berbagai cara membujukmu tuk mandi..
Di saat aku bingung dengan hal yang baru dan modern, janganlah mentertawaiku nak..
Renungkanlah ketika kamu dengan lugu bertanya ke padaku..
dan aku dengan bangga menjawab semua pertanyaan mu..
Di saat aku melupakan topik pembicaraan kita, berilah sedikit waktu padaku tuk mengingatnya..
Sebenarnya bukan topik pembicaraan bukanlah hal yg penting bagiku..
Asalkan kamu berada di sisiku untuk mendengarkan aku..
Aku telah bahagia..
Di saat engkau melihatku menua..
Janganlah bersedih..
Dukunglah aku, bagaikan aku terhadapmu..
ketika engkau belajar tentang arti kehidupan ini..
Dan ketika kau membaca surat ini nak, janganlah menangisi aku...
Wahai anakku, ketika kau membaca surat ini, mungkin aku telah tua renta..
Mungkin juga aku sudah tiada dan tidak lagi benyawa...
Aku tidak bisa berkata dan berbuat apa apa..
Di saat daku tua, dan bukan lagi diriku sendiri..
Maklumilah diriku, bersabarlah menghadapiku..
Di saat aku menumpahkan kuah sayuran di bajuku..
Di saat aku tidak lagi mengingat cara mengikat tali sepatu..
ingatlah saat saat di mana aku mengajarimu, membimbingmu tuk melakukannya..
Di saat saya dengan pikunnya mengulang terus menerus ucapan yang membosankanmu..
bersabarlah menghadapiku nak, janganlah memotong ucapanku..
Di masa kecilmu aku harus mengulang cerita hingga ratusan kali sampai engkau terbuai dalam mimpi..
Di saat saya butuh kamu tuk memandikanku, Janganlah menyalahkan aku..
ingatlah di masa kecilmu di mana aku dengan berbagai cara membujukmu tuk mandi..
Di saat aku bingung dengan hal yang baru dan modern, janganlah mentertawaiku nak..
Renungkanlah ketika kamu dengan lugu bertanya ke padaku..
dan aku dengan bangga menjawab semua pertanyaan mu..
Di saat aku melupakan topik pembicaraan kita, berilah sedikit waktu padaku tuk mengingatnya..
Sebenarnya bukan topik pembicaraan bukanlah hal yg penting bagiku..
Asalkan kamu berada di sisiku untuk mendengarkan aku..
Aku telah bahagia..
Di saat engkau melihatku menua..
Janganlah bersedih..
Dukunglah aku, bagaikan aku terhadapmu..
ketika engkau belajar tentang arti kehidupan ini..
Dan ketika kau membaca surat ini nak, janganlah menangisi aku...